Jakarta (1 Juli 2016) -- Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud) menemukan banyak masalah akurasi data penerima KIP.
Hal itu diungkapkan dalam pertemuan Kemdikbud dengan dengan Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
terkait dengan banyaknya temuan masalah data penerima KIP di lapangan.
Mendikbud Anies Baswedan menyatakan bahwa Program
Indonesia Pintar (PIP) merupakan program prioritas Presiden Joko Widodo dan
penting untuk memastikan program ini efektif dari hulu hingga ke para penerima
Kartu Indonesia Pintar (KIP).
“Sesuai arahan Bapak Presiden, Kemdikbud
menggunakan data dari BPS yang telah diolah oleh TNP2K untuk menentukan
penerima KIP dan distribusi KIP.
Sehingga kita perlu berkoordinasi dengan BPS dan
TNP2K untuk memastikan data dan penerima KIP sesuai,” kata Mendikbud usai
pertemuan dengan BPS dan TNP2K, di Kantor Kemdikbud, Jakarta Jumat (1/7/2016).
Mendikbud mengundang BPS dan TNP2K untuk
membicarakan temuan-temuan Kemdikbud di lapangan dan mengkoordinasikan lebih
intensif guna memadankan data dan meningkatkan akurasinya. “Kemdikbud meminta
BPS untuk melakukan pemutakhiran data, dan memang ditemukan banyak masalah
akurasi data penerima KIP di lapangan,”
kata Mendikbud Anies Baswedan.
Terkait Program Indonesia Pintar (PIP) data
Dapodik (Data Pokok Pendidikan) bisa digunakan sebagai rujukan dalam proses
pengumpulan data di BPS. Dari data penerima KIP yang bersumber dari BPS dan
telah diolah oleh TNP2K sebanyak 17,9 juta anak usia sekolah dari keluarga
miskin berhak menerima KIP, yang disalurkan oleh Kemdikbud. Dari jumlah itu
diperuntukkan bagi 13.7 (76,6%) juta anak yang bersekolah dan 4,2 (23,4%) juta
anak yg tidak bersekolah.
Setelah pembagian Kartu KIP banyak ditemukan
masalah akurasi data di lapangan. Maka dilakukan pemadanan dengan Data Dapodik.
Sebanyak 5 juta anak bersesuaian dengan data Dapodik, sedangkan 12.9 belum
bersesuaian dengan data Dapodik (Data Pokok Pendidikan). Meski begitu tidak
bisa disimpulkan bahwa 12,9 juga anak tersebut berada di luar sekolah. Masih
perlu pemadanan data KIP : antara data BPS yang telah diolah oleh TNP2K, yang
mengidentifikasi anak usia sekolah (6-21 tahun) dari keluarga miskin dengan
Dapodik yang memuat data 44,5 juta siswa yang terdaftar di sekolah.
Beberapa temuan di lapangan antara lain, dari data
KIP masih banyak ditemukan nama tunggal. Misalnya Asep, Bambang, Budi yang
belum sesuai dengan data di Dapodik yang memiliki akurasi lebih baik antara
lain karena berdasarkan akta kelahiran.
Upaya yang terus dilakukan antara lain memilah
data lebih lanjut dengan memadankan data per nama, alamat dan sekolah penerima
KIP. Kedua, memasukkan kembali ke Data Dapodik bagi penerima KIP yang (baru)
masuk sekolah, dan yang kembali masuk sekolah, bagi yang sebelumnya tidak aktif
sekolah. “Para penerima KIP itu segera diberi solusi untuk dapat mencairkan
dana KIP untuk keperluan sekolah mereka di tahun ajaran baru ini,” ujar
Mendikbud.
Mendikbud juga meminta BPS secara bersama-sama
melakukan pemadanan data penerima KIP ini agar akurasi data penerima KIP lebih
baik lagi. “Tidak boleh lagi jalan sendiri-sendiri, jadi koordinasi harus
terus-menerus dilakukan,” kata Mendikbud menambahkan. **
Jakarta, 1 Juli 2016
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : http://www.kemdikbud.go.id
0 Response to "HARYOTO : MENDIKBUD ANIS BASWEDAN MEMINTA BPS DAN TNP2K MELAKUKAN PEMUTAKHIRAN DATA PENERIMA KIP"
Posting Komentar