Jakarta,
Kemdikbud --- Kebijakan umum pembangunan pendidikan dan kebudayaan sebagai
rujukan dalam mengambil kebijakan dan menjalankan program tahun 2015-2019
merujuk pada Nawacita yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015 – 2016. Dengan rujukan tersebut, maka
terbentuk arah kebijakan pendidikan dan kebudayaan dengan visi “Mewujudkan
Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan berlandaskan
Gotong Royong”.
“Dalam
mencapai capaian pendidikan dan kebudayaan kita di Indonesia, rujukan kita pada
Nawacita yang telah tertuang pada RPJMN 2015-2019, dan membentuk arah visi kita
yang menurunkan misi sebagai wujud dalam membuat kebijakan, dan memberikan arah
pada capaian kerja pendidikan dan kebudayaan,” demikian disampaikan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan dalam Rapat Kerja (Raker)
bersama Komisi X DPR RI, di ruang rapat Komisi X, gedung DPR RI, Senayan, Jakarta,
Kamis (15/06/2015).
Dalam melihat
pencapaian kinerja pendidikan dan kebudayaan, kata Mendikbud, data menjadi
salah satu indikator untuk melihat hasil capaian program yang telah dijalankan.
Hasil capaian peningkatan partisipasi pendidikan dalam pendidikan, Angka
Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah pada tahun 2015 cenderung meningkat
menjadi 79,02 persen, dari pada tahun sebelumnya 75,53 persen. Begitu juga
dengan sekolah menengah pertama pada tahun ini mencapai 100,72 persen, dan
sekolah dasar 108,00 persen.
“Ketika
melihat lama sekolah, kita juga perlu melihat usianya. Pada usia 20-24 tahun
kelompok penduduk berada pada wajib belajar 9 tahun. Berdasarkan kelompok umur,
ada peningkatan yang cukup signifikan. Dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Alhamdullilah ini kerja yang luar biasa,” tutur Mendikbud.
Selain itu
juga, persentase penduduk Indonesia yang melek aksara terus meningkat.
Mendikbud mengatakan, hampir seluruh penduduk usia 15-24 tahun melek aksara
dengan persentase 99,7 persen. Pada usia 25-44 tahun persentase melek aksara
meningkat dari 98,3 persen menjadi 98,5 persen. Begitu juga dengan kelompok
usia 45 tahun keatas persentase angka melek aksara meningkat dari 87,8 persen
menjadi 88,1 persen.
Dalam
peningkatan angka partisipasi penduduk dalam pendidikan, dan juga peningkatan
persentase jumlah penduduk yang melek aksara, hal tersebut tidak terlepas dari
peran pendidik dan tenaga kependidikan. “Dalam mewujudkan itu, kita memiliki
tugas memastikan guru-guru kita kompeten dan tersertifikasi. Dari total guru
yang diangkat sampai tahun 2005 sebanyak 1,7 juta guru, di tahun 2015 sudah
1,63 guru sudah tersertifikasi, atau sekitar 93,3 persen sudah tersertifikasi,”
jelas Mendikbud.
Pendidikan pun
tidak terlepas dari peran Bahasa. “Bahasa menjadi salah satu kepedulian kita,
dan kita telah meningkatkan lema atau kosakata baru Bahasa Indonesia sebanyak
109.611, meningkat 800 lema dari tahun 2014. Kita berharap Bahasa Indonesia
semakin kaya diksinya, sehingga tidak perlu lagi dengan serapan asing,” tutur
Mendikbud.
Capaian
Kebudayaan
Selain dari
capaian pendidikan, Kemendikbud juga memiliki capaian yang luar biasa dalam
kebudayaan. Hingga tahun 2015, Kemendikbud telah menginventarisasi 88.709
peninggalan purbakala, dan menetapkan 963 sebagai cagar budaya. “Hingga tahun
2015 juga telah tercatat sebanyak 6238 dan 294 atau 4,7 persen ditetapkan
sebagai warisan budaya Takbenda,” ungkap Mendikbud.
Mendikbud
mengatakan, pencapaian kinerja kebudayaan tidak terlepas dari peran masyarakat
sebagai wujud dari pelibatan publik. Dalam hal ini, hingga tahun 2015 Kemdikbud
telah memfasilitasi sebanyak 1.226 komunitas budaya, dan 156 desa adat, serta
110 Rumah Budaya Nusantara. “Berbagai usaha tersebut menghasilkan hasil yang
luar biasa dengan ditetapkannya tiga genre Tari Tradisional Bali oleh UNESCO
pada tahun 2015 sebagai Intangible Cultural Heritage,” ungkap Mendikbud.
Sepuluh
warisan budaya Indonesia yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia,
yakni Candi Borobudur pada tahun 1991, Candi Prambanan pada tahun 1991, Manusia
Purba Sangiran pada tahun 1996, Subak Bali pada tahun 2012, Wayang pada tahun
2003, Keris pada tahun 2005, Batik dan Best Practice Batik pada tahun 2009, angklung
pada tahun 2010, Tari Saman pada tahun 2011, dan Noken pada tahun 2012.
“Paling
membanggakan, tahun depan Indonesia menjadi tamu pada International arts
festival Europalia. Ini menjadi kesempatan Indonesia menunjukkan kebudayaan
kita di Eropa, karena untuk menjadi guest country setiap negara hanya bisa satu
kali. Kita butuh dukungan dari seluruh pihak untuk menyukseskan acara ini,”
kata Mendikbud optimis.
Sumber; http://www.kemdikbud.go.id/
0 Response to "CAPAIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA TERUS MENINGKAT"
Posting Komentar